1.
Kehidupan Dunia Adalah Sementara
.
.
Hidup di dunia bersifat sementara,
maka manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk kebaikan dan amal shalih..
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ما أنا في الدنيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها
Artinya:
"Keberadaanku di dunia ini tak ubahnya bagaikan seorang bepergian (musafir) yang singgah di bawah pohon untuk berteduh, lalu meninggalkannya. (Shahih, HR Tirmidzi (2377), Imam Tirmidzi berkata : Hasan Shahih, di shahihkan oleh Imam AbdurRa’uf Al-Munawi dalam kitab “Taisir bi Syarhi Al-Jami’us Shaghir (2/355))
.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ما أنا في الدنيا إلا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها
Artinya:
"Keberadaanku di dunia ini tak ubahnya bagaikan seorang bepergian (musafir) yang singgah di bawah pohon untuk berteduh, lalu meninggalkannya. (Shahih, HR Tirmidzi (2377), Imam Tirmidzi berkata : Hasan Shahih, di shahihkan oleh Imam AbdurRa’uf Al-Munawi dalam kitab “Taisir bi Syarhi Al-Jami’us Shaghir (2/355))
.
2.
Kehidupan Akhirat Adalah Kehidupan Kekal
.
.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
.
.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ (77)-سورة-القصصص:
77
Artinya:
“Dan carilah apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu (berupa kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (QS.
Al-Qasash [28]: 77).
.
.
3.
Mengingat Kematian Dapat Mengingat Hari Akhirat dan Tidak
Terpedaya Terhadap Kehidupan Dunia.
.
.
Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda:
.
.
«اسْتَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ
اللَّذَّاتِ، فَإِنَّهُ مَا ذَكَرُهُ أَحَدٌ فِي ضِيقٍ إِلَّا وَسَّعَهُ اللَّهُ،
وَلَا ذَكَرُهُ فِي سَعَةٍ إِلَّا ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ»
Artinya:
“Perbanyaklah
mengingat si pemutus kenikmatan (yaitu kematian), tidaklah ada seorangpun yang
mengingatnya ketika susah melainkan pasti akan merasa lapang. Dan tidaklah ada
seorangpun yang mengingatnya ketika
lapang melainkan pasti akan merasakan sempitnya kehidupan dunia.” (HR. Thabrani, Al-Baihaqi,
dll. di shahihkan oleh Imam
Al-Hakim, Ibnu Hibban, Ibnu Sakan, Ibnu Thahir (Lihat Talkhisul Habir (2/207))
4.
Dengan Memahami Tiga Keterangan Diatas, Maka Seseorang Akan
Dapat Memahami Begitu Pentingnya Ibadah.
Dalam
Sebuah Hadits Qudsi di Sebutkan:
Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
«يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي،
أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ، مَلَأْتُ
صَدْرَكَ شُغْلًا، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ»
Artinya:
“`Wahai
anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang
ada) di dalam dada dengan kekayaan & Aku penuhi kebutuhanmu. Jika
tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan & tidak
Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)" [Shahih, HR Ibnu Majah
(4107), di shahihkan oleh Imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, dll].
[Lilik i (Abu Utsman)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar