Kamis, 28 November 2013

PENTINGNYA SHALAT BERJAMA'AH DI MASJID BAGI LAKI-LAKI



HADITS2 YANG BERKAITAN DENGAN PENTINGNYA SHOLAT BERJAMA'AH DI MASJID BAGI LAKI-LAKI.

PERTAMA : Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” (Shahih, HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dinilai shahih oleh Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: 1077 dan Irwa’ al-Ghalil no. 551)

KEDUA : Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam shahih al-Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ

“Demi Zat yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar lalu terkumpul, kemudian memerintahkan untuk shalat dan dikumandangkan azan. Kemudian aku perintah seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku pergi melihat orang-orang dan membakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhari)

KETIGA : Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim, yang berbunyi,

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ

“Seorang lelaki buta menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak memiliki seorang penuntun yang bisa menuntunku berjalan ke mesjid.’ Kemudian ia memohon kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberikan keringanan sehingga dia boleh shalat di rumahnya, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkannya. Ketika orang tersebut berpaling pergi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya dan berkata, ‘Apakah kamu mendengar azan shalat?’ Ia menjawab, ‘Iya.’ Beliau pun menyatakan, ‘Maka datangilah!

Dalil-dalil Diatas Menunjukkan Begitu Pentingnya Shalat Fardhu Dengan Berjama’ah Di Masjid bagi laki-laki.
----------
[Lilik Ibadurrohman]

Rabu, 20 November 2013

AKHLAK SANG NABI MUHAMMAD


Dalam Kitab Siroh Nabi “Ar-Rahiqul Makhtum” hal. 489-493 Karya Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi menceritakan tentang karakter Sang Nabi Akhir Zaman dan Penutup para Nabi, yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam :
.
 Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling dermawan diantara manusia, terlebih lagi di Bulan Ramadhan.
Hal ini Sebagaimana dalam hadits shahih:
.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح البخاري 
.
“Berkata Ibn Abbas radhiyallahu Anhu: Bahwa Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat bulan ramadhan, ketika dijumpai Jibril Alaihis Salam, yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur'an, maka sungguh Rasulullah saw lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus" (Shahih Bukhari)
.
 Jika beliau (Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam) memilih urusan, beliau memilih yang paling mudah selama tidak melanggar syari’at Allah, beliau sangat menghindari dosa. Jika diri beliau di dzalimi, beliau sangat sabar, Namun jika hak Allah Ta’ala dilanggar, beliau sangat murka. Beliau sangat malu melebihi gadits pingitan.
.
Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat pada raut muka wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau suka maka dimakanlah makanan itu, jika tidak suka, maka beliau tinggalkan tanpa mencela.
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu Anhu berkata:,
.
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : ما عاب النبي صلى الله عليه وسلم طعاما قط , إن شتهاه أكله , وإن كرهه تركه" .رواه رواه البخاري ومسلم .
.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai suatu makanan, maka beliau memakannya. Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)
.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam jika berbicara sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bahasa arab. Mampu berbicara kepada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku. Jika dimintai  sesuatu beliau tidak pernah menjawab “tidak”.
.
Beliau sangat pemberani, berapa banyak para pemberani jika bertemu beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata: Jika kamu sedang ketakutan dan dikepung bahaya, kami berlindung di belakang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tak satupun jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.
.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sangat jujur dan Amanah.  Sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul, beliau dijuluki “Al-Amin” artinya orang yang terpercaya.
.
Bahkan musuhpun mengakui kejujuran dan amanahnya. Abu Jahal pernah berkata: Kami tidak mendustakan dirimu, akan tetapi  kami mendustakan ajaranmu.
.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sangat rendah hati dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau dating ke suatu majlis, beliau tidak mau di sambut seperti Raja. Biasanya jika seorang Raja jika datang, orang-orang berdiri untuk menyambutnya, namun beliau tidak ingin diperlakukan seperti itu.
.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam termasuk manusia yang sangat Tawadhu’ (rendah hati), beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama dengan orang miskin, memenuhi undangan meskipun hamba sahaya, duduk-duduk bersama dengan para sahabatnya.
 .
Beliau sangat suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling penyayang dan lembut terhadap orang lain, beliau suka memaafkan dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan yang tidak kunjung selesai.
 .
Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama mereka, tidak hanya mengutamakan perkumpulan orang-orang kaya saja. Beliau menghadiri pemakaman jenazah mereka dan tidak mencela orang miskin karena setatusnya. Beliau senantiasa gembira, lebih banyak diam, Tertawa beliau cukup dengan senyuman.
Jika Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berbicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras. Bicaranya jelas, bahasanya fasih dan mudah dimengerti.

>>>>>>.
Referensi:
Kitab Siroh Nabi “Ar-Rahiqul Makhtum” hal. 489-493 Karya Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi


[Lilik Ibadurrohman]   

Manhaj Salafush Shalih Adalah Manhaj Yang Perlu Di ikuti

 
Yang dimaksud Salaf dari sisi waktu adalah masa utama selama tiga kurun waktu/periode yang telah diberi persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka itulah yang berada di tiga kurun/periode, yaitu para sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»
.
Artinya,“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))
.
Maka dari itu, setiap orang yang mengikuti jalan mereka, dan menempuh sesuai manhaj/metode mereka, maka dia termasuk salafi, karena menisbahkan/menyandarkan kepada mereka.

Dalil-dalil Yang Menunjukkan Wajibnya Mengikuti Salafush Shalih

a. Dalil Dari Al Qur’anul Karim
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
.
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
 .
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
.
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
 .
Artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]
.
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.
b. Dalil Dari As-Sunnah
1. Hadits Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
.
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ ،

.Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))
.
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
.
ألا إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة، وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين، ثنتان وسبعون في النار، وواحدة في الجنة، وهي الجماعة
 .
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 203-204)]
.
Dalam riwayat lain disebutkan:
ما أنا عليه وأصحابي

Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
.
3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
.
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ»
Artinya:
Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
 .
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada ummat agar mengikuti sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khualafaur Rasyidin yang hidup sepeninggal beliau disaat terjadi perpecahan dan perselisihan.
c. Dari perkataan Salafush Shalih
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata,
“اِتَّبِعُوا وَلَا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ”
Artinya, Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))
.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, juga pernah berkata,
.
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا أَفْضَلَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَرَّهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ، وَتَمَسَّكُوا بِمَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ أَخْلَاقِهِمْ وَدِينِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ.
.
Artinya, “Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))


Referensi: Mu’taqad Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah Fi Tauhidil Asma’ Was Sifat karya Syaikh Muhammad bin Khalifah At-Tamimi, dengan beberapa perubahan redaksi.

Penulis: Lilik Ibadurrohman
Muraja’ah: Ust. Suhuf Subhan, M.Pd.I

Beberapa Adab Yang Sesuai Sunnah Nabi Sebelum Tidur




Adab islami sebelum tidur yang seharusnya tidak ditinggalkan oleh seorang muslim adalah sebagai berikut.
. 


Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.


.
[Keutamaannya adalah Anda akan Di Jaga dan Di do’akan Oleh Malaikat]
.
Hal ini berdasarkan Hadits Ibnu Umar :

" من بات طاهرا بات في شعاره ملك لا يستيقظ ساعة من الليل إلا قال الملك :
اللهم اغفر لعبدك فلانا ، فإنه بات طاهرا " . رواه ابن حبان في صحيحه

“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di (dekat) pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Hadits ini Hasan lighoirihi, HR Ibnu Hibban, di shahihkan oleh Imam Ibnu Hibban, di hasankan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Albani, Al-Arna’ut, dll. Lihat Kitab "Silsilah al-Ahadits as-Shahihah, no: 2539))
.
Sebagai penguat ana bawakan hadits lagi yang lain (yaitu hadits berikut ini):
 .
( حسن لغيره )
وعن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال طهروا هذه الأجساد طهركم الله فإنه ليس من عبد يبيت طاهرا إلا بات معه في شعاره ملك لا ينقلب ساعة من الليل إلا قال اللهم اغفر لعبدك فإنه بات طاهرا
رواه الطبراني في الأوسط بإسناد جيد

Artinya:
"Sucikanlah badan kalian (dengan berwudhu), maka Allah akan mensucikan kalian, Sesungguhnya tidaklah seorang hamba yang tidur dalam keadaan suci melainkan ada di dekat pakaiannya malaikat yang bersamanya, tidaklah hamba tersebut membolak-balikkan badannya sesaat, melainkan malaikat akan berdoa:  ‘Ya Allah, ampunilah hambamu ini karena tidur dalam keadaan suci”.
(Hasan Lighairihi, HR Tabrani dari ibnu Abbas secara Marfu’, di Hasankan oleh Imam Al-Mundziri, Al-Albani, dll. (Shahih Targhib wa tarhib, no:597)
.
Adapun wudhu sebelum tidur ini hukumnya sunnah, tidak wajib sebagaimana di jelaskan para ulama' pensyarah hadits.
.
Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.
 .
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
.
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
 .
Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
.
Ketiga: Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali.
Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
.
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
.
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).
.
Keempat : Beberapa Ayat Yang Ada di Dalam Al-Qur’an:
 .
@ Membaca ayat kursi sebelum tidur
.
Hal ini dapat Mencegah dari Gangguan Jin Jahat / Syetan
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
.
وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »
.
Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)
 .
@ Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah
 .
Hal ini sebagaimana hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari Al-Badri
 .

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَهُمَا فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ (متفق عليه)
.
Artinya:
Dari Abu Mas’ud al-Badri رضي الله عنه dia berkata bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah, barangsiapa membacanya di malam hari, niscaya dua ayat tersebut akan mencukupinya”. (HR. al-Bukhari no. 3786 dan Muslim no. 807 dan 808).
.
-Maksud Sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم: “… dua ayat tersebut akan mencukupinya” adalah mencukupkannya dari segala keburukan dan kejahatan yang di lakukan oleh setan, serta mencukupkannya (memudahkannya) untuk memperoleh banyak pahala dan kebaikan. (Lihat Syarhu Shahihi Muslim 6/91 -92 dan Faidhul Qadir 6/197)
 .
@ Membaca Surah Al-Kafirun
.
Hal ini sebagaimana dalam Hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dari Naufal Al-Asyja’i radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku:
 اقْرأ : قُلْ يا أيُّها الكافِرُونَ ثُمَّ نَمْ على خاتِمَتِها فإنَّها بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ       
.
“Bacalah Qul Yaayyuhal Kafirun (Surat Al-Kafirun) kemudian tidurlah pada akhir (ayatnya), karena ia dapat melepaskan dari kesyirikan.” (HR. Abu Daud, 5055. Tirmizi, 3400 dihasankan oleh Imam Ibnu Hajar As-Asqalani di kitab Nataijul Afkar, 3/61 dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud.
.
Kelima: Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.
.
Dari Hudzaifah bin Yaman, ia berkata,
.
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »
 .
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
.
Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di buku Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.
.
Keenam: Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat.
.
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
 .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
.
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)
---------------------- .
Referensi:
.
Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni. Dll

Lilik I (Abu Utsman)