Selasa, 24 September 2013

Semoga Kita Meninggal Dalam Keadaan Khusnul Khatimah..








HUSNUL KHOTIMAH

             Sebuah kepastian yang di tentukan oleh Allah secara Kauni bahwasanya setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hewan, tumbuh-tumbuhan, malaikat, jin dan tak terkecuali anak cucu Adam, semuanya pasti akan mati.

Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ... (185)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. (QS. Al-Imron:185)

ISYARAH AL-QUR'AN TENTANG HUSNUL KHOTIMAH

Allah Ta’ala berfirman tentang orang yang diwafatkan dalam keadaan baik dan termasuk orang-orang berbahagia:

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (32)

“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An-Nahl: 32).


ISYARAH AL-QUR'AN TENTANG HUSNUL KHOTIMAH

Sebaliknya, Allah Ta’ala juga berfirman tentang orang-orang yang dimatikan dalam keadaan buruk dan termasuk orang yang celaka:

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِنْ سُوءٍ بَلَى إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28) فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (29)

“(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh Para Malaikat dalam Keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun". (Malaikat menjawab): "Ada, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". “Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka Amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu”. (QS. An-Nahl: 28-29).

Husnul khotimah dan suul khotimah merupakan perkara yang sangat agung, sebab ia dapat menjadi tolak ukur kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang, ia juga merupakan cermin dari amal perbuatan seseorang ketika berada dimasa-masa lapang, sehat dan sejahtera.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung akhirnya. (Shahih, HR. ibnu Hibban (340) di shahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam "Ta'liqatul Hisan (341)).

Sufyan ats-tsaury rahimahullah adalah salah seorang contoh ulama yang memiliki kekhawatiran yang besar terhadap perkara husnul khotimah. Beliau suatu ketika pernah menangis kemudian berkata: ”Aku khawatir akan sirnanya iman tatkala datangnya kematian”.

Pengertian Husnul Khotimah

Husnul khatimah merupakan suatu kondisi yang mana seorang hamba diberi taufiq oleh Allah Ta’ala sebelum datangnya kematian untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala, dan ia diberi taufik oleh Allah ta’ala untuk bertaubat dari segala dosa dan maksiat dan bersegera melakukan ketaatan dan perbuatan baik, kemudian dia menutup usianya diatas kebaikan.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله فقيل كيف يستعمله يا رسول الله ؟ قال يوفقه لعمل صالح قبل الموت

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan mempekerjakannya. Para sahabat bertanya: Bagaimana Allah akan mempekerjakannya?. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah akan memberikan taufik kepadanya untuk beramal shalih sebelum ia meninggal dunia”. (HR. Ahmad (12036) dan Thirmidzi (2142) dan dishohihkan oleh Al-Hakim, Dhiya' Al-Maqdisi, Al-Arna'ut dan Al-Albani).

Tanda-Tanda Husnul Khotimah

Secara garis besar, husnul khotimah memiliki dua tanda, yaitu: tanda yang dapat disaksikan langsung oleh si mayit dan tanda yang dapat disaksikan oleh manusia.

Adapun tanda-tanda husnul khatimah yang dapat disaksikan oleh si mayit adalah: kabar gembira yang diberikan kepadanya tatkala kematian mendatanginya, kabar gembira tersebut berupa keridhaan Allah Ta’ala kepadanya dan ia akan memperoleh kemuliaan dari Allah Ta’ala . Hal tersebut merupakan karunia yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka istiqomah diatasnya maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan kepadamu”. (QS. Fushshilat:30).

Al-Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab shahih mereka dari Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa suka bertemu dengan Allah, maka Allahpun suka bertemu dengannya, sebaliknya barangsiapa yang benci bertemu Allah, maka Allahpun benci bertemu dengannya”. ‘Aisyah berkata: “Wahai nabi Allah apakah yang engkau maksud adalah kebencian terhadap kematian?, Sesungguhnya kita semua benci terhadap kematian”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Bukan demikian, akan tetapi seorang mukmin apabila ia diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan dan surga Allah, ia suka bertemu dengan Allah, dan sebaliknya orang kafir apabila diberitakan kepadanya tentang adzab dan kemurkaan Allah, ia benci bertemu dengan Allah, maka Allahpun benci bertemu dengannya”.

Sedangkan berdasarkan hadits – hadits shahih, tanda-tanda husnul khotimah yang dapat disaksikan oleh manusia jumlahnya lebih dari 20 tanda, diantaranya: mengucapkan kalimat tauhid ketika sakaratul maut, meninggal dengan keringat di dahi, meninggal ketika beramal shalih, meninggal di medan perang demi meninggikan kalimat Allah, meninggal pada hari jum’at, meniggal karena wabah tho’un, meninggal karena sakit perut, meninggal karena penyakit TBC, meninggal karena penyakit radang selaput dada, meninggal karena hanyut atau tenggelam, meninggal karena terbakar, meninggal karena tertimpa reruntuhan dan meninggal karena membela harta dan kehormatan.

Semua tanda-tanda yang disebutkan diatas berdasarkan penelitian dan kajian para ulama terhadap dalil-dalil yang ada dan termaktub dalam kitab-kitab hadits.

==================================

Kisah-Kisah Kematian Yang Buruk AKHIR YANG BURUK  (SU'UL KHOTIMAH)
 
Kisah-kisah orang-orang yang mengalami su’ul khatimah banyak didengar dan disaksikan langsung oleh orang-orang shaleh.
Halyang demikian itu menjadikanrasa takut mereka semakin bertambah, juga mereka semakin mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat mereka.

=  <<  Dikisahkan oleh Imam Qurthubi dari Rabi’ bin Sibrah bin Ma’bad AI-Juhni yang seorang ahli ibadah di Bashrah, ia berkata: “Aku menjumpai orang-orang di Syam, lalu dikatakanlah kepada seorang laki-laki yang hendak meninggal: ‘Hai fulan, ucapkanlah laa ilaaha illallah‘. Namun justru ia menjawab: ‘Aku ingin minum. Berikanlah aku minuman keras!’ .

      Juga dikatakan kepada seseorang menjelang kematiannya : ‘Ucapkanlah laa ilaaha illalllah!’ . Namun iajustru menjawab: “Ayo tambah terus! Tambah terus!” . Ternyata orang tersebut adalah seorang pegawai perkantoran dan ia sering memanipulasi penghitungan keuangan.   >>=

ð  Imam Ibnu Qayyim meriwayatkan kisah lain dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi, ia menuliskan:  <<“Dikatakan kepada seseorang dari mereka yanghendak meninggal: “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!” , namun ia menjawab: ‘Ah … ah … aku tidak dapat mengucapkannya’ .

Dikatakan kepada yang lainnya lagi, juga dalam keadaan hendak meninggal: ‘Ucapkanlah laa ilaaha illalIaah!’ , namun ia menjawab: “Skak mati dengan benteng, kamu kalah dariku (dalam permainan catur)” . Kemudian ia pun meninggal.>>

Semoga kita dijauhkan Allah ‘Azza wa Jalla dari akhir yang buruk

[Sumber: Kisah-Kisah Su’ul Khotimah, Manshur bin Nashir al-’Awaji, penerbit Darussunnah.]

Ingat.. Tunaikanlah Amanah.. Penting



 KEWAJIBAN MENUNAIKAN AMANAH


            Sesuguhnya Allah Ta’ala mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk menunaikan amanah dan larangan berkhianat .

Allah juga berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (27)

yang artinya :”Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui” [Al-Anfal : 27]

Ibnu Katsir berkata, “Dan khianat mencakup dosa-dosa kecil dan besar yang lazim yang tidak terkait dengan orang lain dan yang terkait dengan orang lain.

Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas rahimahullah mengenai tafsir ayat ini, “Dan kalian mengkhianati amanah-amanah kalian”. Amanah adalah ama-amal yang diamanahakan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu perintah-perintahNya yang wajib, Allah berfirman yang artinya : “Janganlah kamu mengkhianati” maksudnya : janganlah kamu merusaknya”.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58)

yang artinya:” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.”. [QS.An-Nisa : 58]

Ibnu Katsir berkata dalam tafsir ayat ini, “Allah Ta’ala memberitakan bahwasanya ia memerintahkan untuk menunaikan amanah - amanah kepada ahlinya.

Diriwayatkan dari  Abu Hurairah, ia berkata,Rasulullah telah bersabda:

" أد الأمانة إلى من ائتمنك ، و لا تخن من خانك " .

 Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” [Hadits Hasan, Diriwayatkan oleh Abu Dawud 3535 dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits hasan gharib”. Lihatlah, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424]

Dan ini mencakup semua bentuk amanah yang wajib atas manusia mulai dari hak-hak Allah Ta’ala atas hamba-hamba-Nya seperti : shalat, zakat, puasa, kaffarat, nazar-nazar dan lain sebagainya.

Dan firman-Nya :

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (72)

yang Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” [QS.Al-Ahzab : 72]

Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)

artinya :” Dan orang-orang yang memelihara amanah - amanah (yang dipikulnya) dan janji-janji” [QS.Al-Mukminun : 8]

Ibnu Katsir berkata, “Yaitu  apabila mereka diberi kepercayaan mereka tidak berkhianat, dan apabila berjanji mereka tidak mengingkari, ini adalah sifat-sifat orang mukminin dan lawannya adalah sifat-sifat munafikin,

sebagaimana dalam hadis yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان

Tanda seorang munafik ada tiga : apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia memungkiri, dan apabila diberi amanah ia berkhianat” [Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim]


Dari Abu Hurairah rahimahullah ia berkata, “Ketika Nabi di suatu majelis berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas berkata. ”Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus berbicara, sebagian orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’, sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata, “Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?” Ia berkata, ‘Ini aku wahai Rasulullah’, Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda: “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari Kiamat”. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’ Beliau menjawab,

 ( إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )

Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah hari Kiamat” [HR.Al-Bukhari]

3. PEGAWAI YANG MENUNAIKAN PEKERJAANNYA DENGAN IKHLAS MENDAPAT BALASAN DI DUNIA DAN AKHIRAT

Apabila seorang pegawai menunaikan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh mengharapkan pahala dari Allah, maka ia telah menunaikan kewajibannya dan berhak mendapatkan balasan atas pekerjaannya di dunia dan beruntung dengan pahala di kampung akhirat. Banyak dalil baik dari Al-Qur’an maupun Al-hadits yang menunjukkan bahwasanya seseorang tidak akan mendapatkan pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala kecuali dengan ikhlas dan mengharapkan wajah-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (114)

artinya : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepada-Nya pahala yang besar” [An-Nisa : 114]

Diriwayatkan dari Abu Mas’ud bahwasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

( إذا أنفق الرجل على أهله يحتسبها فهو له صدقة )

Apabila seseorang menafkahkan untuk keluarganya dengan ikhlas maka itu baginya adalah sedekah”.(HR.Bukhari dan Muslim)

Dalil-dalil  ini menunjukkan bahwa seorang muslim apabila ia menunaikan kewajibannya terhadap sesama hamba maka terlepaslah tanggungjawabnya dan bahwasanya ia hanya akan mendapatkan balasan dan pahala dengan ikhlas dan mengharapkan wajah Allah Ta’ala.

4. MENJAGA JAM KERJA UNTUK KEPENTINGAN PEKERJAAN

Wajib atas setiap pegawai dan pekerja untuk menggunakan waktu yang telah dikhususkan bekerja pada pekerjaan yang telah dikhususkan untuknya.
Tidak boleh ia menggunakannya pada perkara-perkara lain selain pekerjaan yang wajib ditunaikannya pada waktu tersebut.

Dan tidak boleh ia menggunakan waktu itu atau sebagian darinya untuk kepentingan pribadinya, atau kepentingan orang lain apabila tidak ada kaitannya dengan pekerjaan ; karena jam kerja bukanlah milik pegawai atau pekerja, akan tetapi untuk kepentingan pekerjaan yang ia mengambil upah dengannya.

Syaikh Al-Mu’ammar bin Ali Al-Baghdadi (507H) telah menasihati Perdana Menteri Nizhamul Muluk dengan nasihat yang dalam dan berfedah.
Di antara nasihatnya, “Maka hiudpkanlah kuburanmu sebagaimana engkau menghidupkan istanamu”
.

Dan sebagaimana seseorang ingin mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagiannya sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi sedikitpun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja.

Allah Ta’ala telah mencela Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang) dalam timbangan, yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan mengurangi hak-hak orang lain.

Allah Ta’ala berfirman:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3) أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ (4) لِيَوْمٍ عَظِيمٍ (5) يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (6)

Yang artinya : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” [Al-Muthaffifin : 1-6]

Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat memikul amanah  dan menunaikannya.

[Maraji': Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al- amanah" Karya Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad]