Selasa, 12 November 2013

MAKRUHNYA SESEORANG TIDUR TANPA BERDO'A

 

MAKRUHNYA SESEORANG YANG TIDAK BERDZIKIR/BERDO'A SEBELUM TIDUR DAN TIDAK BERDZIKIR KETIKA DI MAJLIS ILMU.

Jika seseorang sengaja terus menerus tidak berdzikir kepada Allah ‘ketika beranjak tidur malam dan ketika duduk di majlis’. Maka perbuatan seperti ini di hukumi makruh (sebagaimana kata imam Nawawi dalam kitab “Al-Adzkar”)

karena amalan tersebut termasuk sunnah yang di tekankan, dan nanti di hari kiamat orang tersebut akan menyesal dengan penyesalan yang sangat mendalam jika tidak mengamalkan dzikir-dzikir tersebut.

Hal ini sebagaimana hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (مَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ تَعَالَى فِيهِ، إِلاَ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ، إِلاَ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ.] صحيح / صحيح سنن أبى داود للألباني، 5059
شرح غريب الحديث: ( الترة ): بكسر التاء: هو النقص، وقيل: التبعة، وقيل: الخسارة.

Artinya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

"Barangsiapa yang akan beranjak tidur (malam) namun tidak berdzikir kepada Allah, maka ia akan mendapat penyesalan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang duduk di tempat majlis tapi tidak berdzikir kepada Allah, maka ia akan mendapat penyesalan pada hari kiamat".

(Hadits hasan, HR Abu Dawud, Al-Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” (2/76), Lafadz Milik imam Abu Dawud. di hasankan oleh ibnu Hajar di kitab “Nata’ijul Afkar” (3/95), Nawawi dalam “Riyadhus Shalihin (1/502 no. 819), Al-Albani dalam “Shahihul Jami’ (6043))
------
-Imam Syaukani menyebutkan di dalam kitab "Tuhfatudz-Dzakirin" (1/36): di antara penyesalan pada hari kiamat seperti tidak di lipatgandakan pahala yang lebih besar, tidak di tinggikan derajatnya di hari kiamat, dll).

-Dalam kitab syarah “Faidhul Qadir” (6/70) disebutkan: “Sesungguhnya tidur tanpa berdzikir kepada Allah, maka tidur seperti ini termasuk cacat dalam kehidupannya,

dan bisa jadi ketika ruhnya dicabut pada saat tidur dimalam harinya, maka dia termasuk orang-orang yang “Mub’idin” (orang-orang yang menjauhkan diri dari Allah, alias orang-orang yang lalai dari keta’atan). Jika hamba tersebut dibangkitkan di hari kiyamat, maka ia seperti dalam kondisi saat akhir kematiannya (ya'ni seperti orang-orang yang lalai).

 

Adapun orang yang tidur dengan di awali dzikir dan bersuci terlebih dahulu, maka Ruhnya akan diangkat ke arah Arasy, seakan-akan ia seperti orang yang sedang shalat hingga ia bangun dari tidurnya.

Dan jika ia mati dalam kodisi seperti ini maka ia termasuk orang-orang yang “Muqarrabin” (yaitu orang-orang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah alias orang-orang yang ta’at). Dan ia akan di bangkitkan dihari kiyamat seperti dalam kondisi saat akhir hayatnya (ya'ni seperti orang-orang yang ta'at). (Faidhul Qadir (6/70)).
---------------
Do’a / dzikir ''di dalam majlis'' yang di contohkan oleh Rasulullah seperti do’a “Kaffarotul Majlis”, atau “Robbighfirli Watub Alayya innaka antat Tawwabul Ghafur.”

Adapun dzikir dan do’a sebelum tidur sangat banyak dari Nabi, bisa di pilih sesuai kemampuan. salah satunya: "Bismikallahumma Amutu Wa Ahya"

Referensi:
“Faidhul Qadir” Karya Imam Al-Munawi
“Tuhfatudz Dzakirin” Karya imam As-Syaukani

Oleh : Lilik I (Abu Utsman)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar